I.
Penjelasan
Ganguan
bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada
otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level aktivitas,
dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi.
Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana
perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.
Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering
merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat.
Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun
bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap.
Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama
dari gangguan ini.
Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut
sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau
episode manik atau hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan
aktivitas dan mental berkurang (episode depresi).
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan
daripada manik. Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat
senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood
tinggi dan rendah, saling bergantian.
Bipolar
disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda.
setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun. beberapa orang
memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa
orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak
mudah dikenali saat kelainan ini dimulai. gejalanya terlihat seperti masalah -
masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih
besar. beberapa orang menderita kelainan ini sampai bertahun - tahun sampai
akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti diabetes dan penyakit
jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang yang harus di awasi
dan di managed seumur hidup.
II.
GEJALA-GEJALA
BIPOLAR
a.
Gejala-gejala
dari mania atau episode manic :
Perubahan-Perubahan Suasana Hati
·
Periode yang panjang dari perasaan
"puncak", atau suasana hati yang sangat gembira atau ramah
·
Suasana hati yang sangat teriritasi, agitasi,
merasakan "jumpy (gelisah)" atau "wired".
Perubahan-Perubahan Kelakuan
·
Berbicara sangat cepat, melompat dari satu idea ke
yang lainnya, mempunyai pemikiran-pemikiran yang bergegas-gegas
·
Sangat mudah dikacaukan
·
Aktivitas-aktivitas yang menuju tujuan yang
meningkat, seperti menerima proyek-proyek baru
·
Menjadi gelisah
·
Tidur yang sedikit
·
Mempunyai kepercayaan yang tidak realistik pada
kemampuan-kemampuan seseorang
·
Berkelakuan secara impulsif dan mengambil bagian
pada banyak kelakuan-kelakuan yang menyenangkan dan berisiko tinggi, seperti
membelanjakan sprees, seks yang impulsif, dan investasi-investasi bisnis yang
impulsif.
b. Gejala-gejala dari episode depresi
:
Perubahan-Perubahan Suasana
Hati
- Periode yang panjang dari perasaan khawatir atau kosong
- Kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang pernah dinikmati,
termasuk seks.
Perubahan-Perubahan Kelakuan
- Merasa lelah atau "slowed down"
- Mempunyai persoalan-persoalan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat
keputusan-keputusan
- Menjadi gelisah atau teriritasi
- Merubah kebiasaan-kebiasaan makan, tidur, atau yang lain-lain
- Memikirkan kematian atau bunuh diri, atau mencoba bunuh diri.
c. Gejala-gejala dari episode hipomania :
Tahap
hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada
tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak
mengalami hallucination dan delusion. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena
terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania.
Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut.
1.
Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2.
Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3.
Penurunan kebutuhan untuk tidur.
d. Gejala-gejala episode campuran
(Mixed state episode)
:
Dalam
konteks bipolar disorder, mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania
dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa
merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang
berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam
kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan,
putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu
terjadi bergantin dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Mixed
state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder.
Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri
karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination.
Gejala-gejala
yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai
berikut.
1. Selalu berbicara tentang kematian
dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang
kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara
berlebihan dan alkohol.
4. Terkadang lupa akan hutang atau
tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit
bipolar:
- Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic
atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh
gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera
perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode
depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala
dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal
seseorang.
- Penyakit Bipolar II Hypomanic
, ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan
sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
- Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika
seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi
kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala
mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai
terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II.
Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan
kelakuan normal seseorang.
- Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari
penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai
episode-episode dari hypomania dengan depresi ringan untuk paling sedikit
dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan
diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
- Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar
disorder. Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih
episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-gejala campuran
dalam satu tahun.
III. PERSPEKTIF TEORITIS GANGGUAN MOOD
1. TEORI
PSIKOLOGI TENTANG GANGGUAN MOOD
Teori Psikoanalisis Tentang Depresi
Menurut Freud (1917/ 1950) potensi
depresi muncul pada awal masa kanak-kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang
terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini
mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya adalah, setelah
kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang tersebut
seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya
sendiri, merasa bersalah.
Teori Kognitif Tentang Depresi
a. Teori
depresi Beck (1967)
Individu
menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja
muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal,
dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif
tentang diri, dunia, masa depan)
b.
Teori helplessness/ hopelessness
·
Learned helplessness
Kepasifan
individu dan perasaan tak berdaya mengontrol hidupnya, didapat dari
pengalaman-pengalaman buruk/ trauma, mengarah pada depresi
·
Attribution and learned helplessness
Pada
situasi dimana individu pernah gagal, ia akan mencoba mengatribusikan penyebab
kegagalan. Individu depresi bila mereka mengatribusikan kejadian negatif
bersifat stabil dan global. Individu depresi biasanya menunjukkan depressive
attributional styleàmengatribusikan rasa hasil negatif sebagai personal,
global, penyebabnya stabil
·
Teori hopelessness
Sejumlah
bentuk depresi dianggap sebagai akibat hopelessnessà merasa hasil yang
diharapkan takkan pernah muncul, individu tak bisa merubah situasi. Kemungkinan
muncul akibat self esteem yang rendah, kecenderungan anggapan bahwa kejadian
negatif akan mengakibatkan sejumlah hal negative
Teori
Interpersonal Tentang Depresi
·
Individu depresi cenderung terbatas
jaringan dan dukungan sosialnyaàmengurangi kemampuan individu mengatasi
kejadian negatif, rentan terhadap depresi.
·
Individu depresi berusaha meyakinkan
diri bahwa orang lain benar peduli. Namun ketika yakin, rasa puasnya hanya
sebentar. Berhubungan dengan konsep diri negatif.
·
Kompetensi sosial yang rendah
diperkirakan memunculkan depresi pada anak usia TK
·
Interpersonal problem solving skill yang
rendah dapat meningkatkan depresi pada remaja
Teori
Psikologi Tentang Gangguan Bipolar
·
Tekanan hidup adalah faktor penting
munculnya gangguan bipolar
·
Dukungan sosial dapat mempercepat
penyembuhan simptom depresi, tapi tidak simtom mania
·
Attributional style + sikap disfungsi +
kejadian buruk ---->peningkatan simptom depresi ataupun mania pasien bipolar
·
Self esteem individu mania mungkin
sangat rendah
2.
TEORI
BIOLOGI TENTANG GANGGUAN MOOD
Genetic
Data
Penelitian mengenai faktor genetis
pada gangguan unipolar dan bipolar melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami
gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood (Gherson, 1990,
dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada gangguan unipolar, meskipun faktor
genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan dibandingkan gangguan bipolar.
Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang memiliki onset muda saat
mengalami gangguan.
Berdasarkan beberapa data diperoleh
bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan
gangguan kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga
(Goldstein, et al., 1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, &
Kring, 2004).
Neurochemistry
dan Mood Disorders
Dua neurotransmitter yang berperan
dalam gangguan mood adalah norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait
dengan gangguan bipolar dimana tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan
depresi dan tingkat yang tinggi menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin,
tingkatnya yang rendah juga menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat
untuk depresi, yaitu tricyclics dan monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics
seperti imipramine (tofranil) adalah obat antidepresan yang berfungsi untuk
mencegah pengambilan kembali norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron
setelah sebelumnya dilepaskan, meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada
synapse sehingga transmisi pada impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah.
Monoamine oxidase (MAO) inhibitors merupakan obat antidepresan yang dapat
meningkatkan serotonin dan norephineprhine. Terdapat pula obat yang dapat
secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut sehingga
peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan komplikasi
lainnya.
Sistem
Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan
dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengontrol
kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan
hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituitary. Relevansinya terkait dengan
simtom vegetatif pada gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan
selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi
memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi, hal itu
disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh
hipotalamus (Garbutt, et al., 1994 dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).
Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan
semakin banyaknya kelenjar adrenal (Rubun et al., 1995, dalam Davison, Neale,
& Kring, 2004). Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan
pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi
menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s
Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan
depresi.
An
Integrated Theory of Bipolar Disorder
Gangguan bipolar merefleksikan
adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral
activation system atau BAS. BAS memfasilitasi kemampuan manusia unuk mendekati
atau memperoleh reward dari lingkungannya dan ini telah dikaitkan dengan
positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert,
peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis,
BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan dopamine
neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi
meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait
dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan
perubahan dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan manifestasi
perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari
gangguan bipolar.
3.
TEORI
LINGKUNGAN TENTANG GANGGUAN MOOD
Bipolar
disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor
lingkungan. Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan
antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa
pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari
pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai
muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang
kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain
penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga
dapat memicu munculnya bipolar disorder. Di sisi lain, keadaan lingkungan di
sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa
menjalani kehidupan dengan normal.
IV.
PREVENSI
1.
Psikodinamik
Psikoanalisis tradisional bertujuan
membantu orang yang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambivalen
terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau
yang terancam akan hilang. Dengan menggali perasaan-perasaan marah terhadap
objek yang hilang ini, mereka dapat mengarahkan rasa merah keluar melalui
ekspresi verbal dari perasaan, bukan membiarkannya menjadi lebih buruk.
Psikoanalisis tradisional dapat
menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengungkap dan menghadapi konflik-konflik
yang tidak disadari. Pendekatan psikoanalisis modern juga berfokus pada
konflik-konflik tidak disadari, namun secara lebih langsung, relative singkat,
dan berfokus pada hubungan yang penuh konflik di masa kini maupun masa lalu.
Terapis psikodinamika yang eklektik menggunakan metode-metode behavioral dalam
membantu klien mencapai keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk mengembangkan
suatu jaringan sosial yang lebih luas.
Psikoterapi interpersonal
(interpersonal psychoteraphy/IPT) adalah suatu bentuk singkat dari terapi yang
berfokus pada hubungan interpersonal klien disaat itu, biasanya tidak lebih
dari 9 hingga 12 bulan. Perintis IPT percaya bahwa depresi terjadi dalam suatu
konteks interpersonal dan bahwa isu hubungan perlu untuk ditekankan dalam
penanganan. IPT membantu untuk menghadapi reaksi kesedihan yang tidak
terselesaikan atau yang menganggu setelah kematian orang yang dicintai dan juga
konflik-konflik peran dalam hubungan. Terapis membantu klien untuk
mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil
membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan
baru untuk membantu memperbaharui kehidupan mereka.
2.
Behavioral
Pendekatan penanganan behavioral
beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapis
behavioral bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan
untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari
dari perilaku-perilaku ini.
Salah satu program behavioral yang
ilustratif telah dikembangkan oleh Lewisohn dan kolega-koleganya, program ini
terdiri dari sebuah program terapi kelompok. Hal ini membantu klien untuk
memperoleh keterampilan relaksasi, meningkatkan aktivitas yang menyenangkan dan
membangun keterampilan sosial yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan
reinforcement sosial. Terapi ini terdiri dari satu orang terapis yang dianggap
sebagai seorang guru, dan kliennya sebagai siswa. Dalam terapi kelompok, orang belajar mereka tidak
sendirian dengan penyakit, mereka menerima dukungan emosional penting, belajar
keterampilan untuk mengatasi obat, masalah interpersonal dan terkait dengan
pekerjaan, dan belajar cara untuk mengatasi dengan stigma dari orang lain.
Memaksimalkan fungsi pekerjaan atau sosial merupakan aspek inti dari intervensi
pemulihan dan berbasis keterampilan - misalnya, sekolah dan pekerjaan pelatihan
dapat membantu dengan ini.
3.
Kognitif
Cognitive teraphy atau terapi
kognitif, berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk untuk
menyadari dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapi ini
biasanya brejalan selama 14 hingga 16 sesi mingguan. Terapi ini menggunakan
kombinasi antara behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi
dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan perilaku
yang lebih adaptif.
4.
Terapi
Keluarga
Terapi keluarga
pyschoeducational dapat membantu dalam situasi ini dengan berfokus pada
peningkatan komunikasi di antara anggota keluarga, membantu orang dengan
penyakit bipolar memahami manfaat minum obat mereka secara konsisten dan
belajar strategi untuk mencegah kambuh. Dalam hal ini jenis pengobatan, anggota
keluarga bisa merasa didukung dan individu dengan penyakit dapat belajar
cara-cara baru untuk mempertahankan pemulihan. perawatan psychoeducational
membantu orang dan anggota keluarganya untuk lebih memahami penyakit bipolar
sehingga pemulihan dapat dicapai lebih cepat. Dalam jenis pendekatan, individu
dengan penyakit dan anggota keluarga mereka dapat berharap untuk mendiskusikan
topik-topik seperti menerima penyakit, mengidentifikasi tanda-tanda peringatan
awal akan terjadi kesulitan, belajar untuk mengatasi perubahan mood, obat
pemahaman dan tempat untuk menemukan diri membantu kelompok-kelompok dan
mengakses pekerjaan atau pelatihan sumber daya.
5.
Biologis
Penggunaan obat untuk bipolar, yaitu
obat litium karbonat, berbentuk bubuk dari litum berelemen metalik. Litium
efektif dalam menstabilkan mood orang yang menderita bipolar dan dalam
mengurangi episode-episode kambuh dari manic dan depresi (Baldessarini &
Tondo, 2000; Grof & Alda, 2000). Namun litium umumnya lebih efektif dalam
menangani simptom-simptom manic dari pada depresi. Orang dengan gangguan
bipolar kemungkinan perlu menggunakan litium secra terus-menerus untuk
mengontrol perubahanmood-nya. Dalam pemakaian litium harus dimonitor, karena adanya
efek beracun yang potensial dan efek samping lainnya. Obat ini dapat menambah
berat badan, kelesuan, pusing dan penurunsn umum dari fungsi motorik, dalam
jangka panjang obat ini dapat mengakibatkan masalah liver.
Penstabil mood biasanya diresepkan untuk orang dengan
perasaan "tinggi", banyak bicara, lekas marah, pidato dipercepat dan
gejala manik lainnya serta depresi yang mengganggu fungsi seseorang. Obat-obat
ini biasanya mengurangi intensitas perubahan suasana hati dan biasanya
mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih normal berfungsi. Lithium,
Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum dalam grup ini. Mereka juga
sangat penting untuk membantu orang mencegah gejala-gejala dari datang kembali
setelah mereka dikendalikan.
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala
depresi. Ini mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat,
perilaku lamban. Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi
sehingga orang tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari.
Penting untuk dicatat bahwa antidepresan dapat memperburuk gejala manik dan
harus digunakan hati-hati setelah berkonsultasi dengan dokter Anda.
Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang
dengan gangguan bipolar yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi.
Halusinasi adalah pengalaman persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti
mendengar suara-suara mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi
adalah tetap keyakinan palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk
mendapatkan saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini
dan atau dokter Anda kekasih Anda akan memiliki beberapa untuk memilih dari,
termasuk obat-obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan
ziprasidone.
V. CONTOH KASUS
Saat saya mulai merasa sangat
senang, saya tidak tidak lagi merasa seperti ibu rumah tangga biasaa. Saya
malah terasa terorganisasi dan terampil dan saya mulai merasa bahwa saya adalah
orang yang paling kreatif. Saya dapat menulis puisi dengan mudah. Saya dapat
mengubah melod tanpa usaha keras. Saya dapat melukis. Pikiran saya terasa
lancar dan dapat menyerap apa pun. Saya memiliki ide yang tak terhitung
mengenai perbaikan kondisi anak yang menderita keterbelakangan mental, atau
tentang bagaimana rumah sakit untuk anak-anak itu seharusnya dijalankan, apa
yang seharusnya ada di sekeliling mereka untuk membuat mereka tetap gembira.dan
nyaman serta tidak merasa takut. Saya melihat diri saya mampu mencapai banyak
hal demi kebaikan orang. Saya memiliki ide yang tak terhitung mengenai
bagaimana masalah lingkungan dapat memberikan inspirasi terhadapat perjuangan
untuk mendapat kesehatan dan perbaikan hidup bagi semua orang. Saya merasa
mampu mencapai banyak hal demi kebaikan keluarga saya dan orang lain. Saya merasa
senang, suatu perasaan euphoria atau kegirangan. Saya ingin hal ini berlangsung
selamanya. Saya seperti tidak membutuhkan banyak tidur. Berat badab saya turun
dan terasa sehat dan saya menyukai diri saya sendiri. Bahkan saya baru saja
membeli 6 gaun baru dan semuanya terlihat bagus bila saya pakai. Saya merasa
seksi dan para pria memperhatikan saya. Mungkin saya akan melakukan satu atau
beberapa perselingkuhan. Saya merasa mampu berbicara dan akan berhasil dalam
politik. Saya ingin menolong orang dengan masalah yang serupa seperti saya
sehingga mereka tidak merasa putus harapan.
Sangat indah bila anda merasakan hal
ini…Perasaan kegembiraan yang kuat, mood yang baik, membuat saya merasa ringan
dan penuh dengan kenikmatan hidup. Namun, saat melewati tahap ini, saya menjadi
manic dan kreativitas saya menjadi sangat membesar sehingga saya mulai melihat
hal-hal dalam pikiran saya yang tidak masuk akal. Misalnya, suatu malam saya
menciptakan suatu keseluruhan film, lengkap dengan pemerannya, dimana saya
masih berpikir bahwa hal itu akan menyenangkan. Saya melihat para pemarannya
sejelas bila saya menonton mereka dalam kehidupan nyata. Saya juga mengalami
terror yang sangat hebat, seperti benar-benar terjadi, saat saya tahu bahwa
sebuah adegan pembunuhan akan berlangsung. Saya gemetar ketakutan dibawah
selimut dan menjadi benar-benar tak berdaya. Seperti Anda kehatui, saya menjadi
seorang psikosis manic pada saat itu. Teriakan saya membangunkan suami sya,
yang mencoba meyakinkan saya bahwa kami berada di kamar tidur dan segalnya
masih tetap sama. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Namun, saya tetap dimasukan
ke rumah sakit keesokan harinya.
−Dari
Fieve, 1975 hal 12-18
DAFTAR PUSTAKA
Carson, C, Robert;
Butcher, N, James. 1992. Abnormal
Psychology and Modern Life. 9th. Edition. Harper Collins Publishers,
Inc. New York 100 22
Nevid, S, Jeffrey;
Rathus, A, Spencer. 2003. Abnormal
Psychology in a Changing World. 5th. Edition. Upper Saddle River. New
Jersey 07458
Davison, C, Gerald;
Neale, M, Jhon; Kring, M, Ann. Abnormal
Psychology. 9th. Edition. New York.
Psychopathology
Development.
Nama : Adisti Nur Afrianti
NPM : 10050009116
Kelas : C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar