Gangguan
kepribadian dikodekan dalam aksis II menurut DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) dan
membaginya menjadi tiga kelompok:
1.
Kelompok A : Orang yang dianggap aneh atau eksentrik.
Gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan
skizotipal.
2.
Kelompok B : Orang dengan perilaku terlalu dramatik, emosional, atau
eratik.
Gangguan kepribadian antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik.
3.
Kelompok C : Orang yang sering kali tampak cemas atau ketakutan.
Gangguan kepribadian menghindar, dependen,
dan obsesif-kompulsif.
Histrionik
dikodekan dalam aksis II, kelompok B, yaitu orang denga perilaku terlalu
dramatik, emosional, atau eratik. Beberapa orang cenderung mengekspresikan diri
mereka dalam cara yang sangat dramatis. Karena dibawa ke arah yang ekstrim,
kecenderungan tersebut membentuk dasar gangguan kepribadian histrionic (histrionic personality disorder).
Istilah histrionic berasal dari
bahasa Latin yang berarti “aktor”. Orang yang memiliki gangguan tersebut
memperlihatkan kepura-puraan mereka dalam perilaku kesehariannya. Diagnosis
kepribadian histrionic, yang
sebelumnya disebut histerikal, ditegakkan bagi orang-orang yang terlalu
dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali menggunakan ciri-ciri
penampilan fisik yang tidak biasa. Para individu tersebut, meskipun menunjukkan
emosi secara berlebihan, diperkirakan memiliki kedangkalan emosi.
Perbedaan antara orang-orang dengan gangguan
tersebut dengan orang-orang yang menunjukkan perasaannya di saat yang tepat
adalah dari sifat keadaan emosional mereka yang sepintas lalu dan maksud mereka
memperlihatkan emosi yang berlebihan adalah memanipulasi orang lain daripada
mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya. Gangguan tersebut biasanya lebih
banyak ditemukan pada wanita meskipun begitu tidak jelas apakah karena gangguan
ini lebih biasa terjadi pada wanita atau karena orang-orang yang menyandang
label perilaku histrionic diberi stereotip wanita.
Teoritikus kognitif-perilaku menyatakan bahwa
orang-orang dengan gangguan tersebut menderita karena perspektif kesalahan yang
mendasari pendekatan mereka terhadap kehidupan. (Freeman, Pretzer, Fleming,
& Simon, 1990). Teori psikoanalisis mendominasi dan berpendapat bahwa
emosionalitas dan ketidaksenonohan perilaku secara seksual didorong oleh
ketidaksenonohan orang tua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Pasien yang
mengalami gangguan ini diduga dibesarkan dalam lingkungan keluarga dimana orang
tua berbicara tentang seks sebagai suatu hal yang kotor, namun berperilaku
seolah seks adalah sesuatu yang menyenangkan dan diinginkan. Pola asuh tersebut
menjelaskan focus pikiran pada seks, dikombinasikan dengan ketakutan untuk
benar-benar berperilaku secara seksual. Ekspresi emosi yang berlebihan pada
orang-orang histrionic dipandang sebagai symptom-simptom konflik tersembunyi
tersebut, dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara
untuk mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang
rendah. (Apt & Hurlbert, 1994; Stone, 1993)
Perpektif
a. Psikososial
Sumbangsih
kognitif dan pengalaman masalalu yang suram menjadi salah satu pemicu lahirnya
gangguan ini. Lingkungan termasuk pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan
termasuk kurangnya perhatian orangtua.
b.
Sosiokultural
Studi
budaya tertentu dengan tingkat tinggi HPD menunjukkan penyebab sosial dan
budaya HPD. Sebagai contoh, beberapa peneliti harapkan untuk menemukan gangguan
ini lebih sering antar budaya yang cenderung menampilkan nilai tanpa hambatan emosi.
c.
Biologi
Secara
genetis, kemungkinan bawah ciri-ciri karakter mayornya merupakan sifat yang
diturunkan. Sedangkan ciri-ciri karakter lainnya disebabkan oleh kombinasi
fenotip dari genetika dan lingkungan, termasuk pengalaman di masa kecil.
Kriteria Gangguan Kepribadian
Histrionik
1. Merasa tidak nyaman apabila
berada dalam situasi di mana dia tidak menjadi pusat
perhatian.
2. Interaksi nya dengan orang lain
sering ditandai oleh perilaku seksual yang
menggoda atau provokatif yang tidak pantas.
3. Menampilkan perubahan ekspresi
emosi yang cepat dan dangkal
4. Secara konsisten menggunakan
penampilan fisik untuk menarik perhatian pada
dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang terlalu
impresionistik dan tidak rinci.
6. Menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara,
dan ekspresi emosi yang berlebihan.
7. Pribadi yang sugestif, yaitu
mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
8. Menganggap suatu hubungan menjadi
lebih intim daripada yang sebenarnya.
Prevensi
Meskipun
pencegahan dari gangguan kemungkinan tidak dapat dilakukan, namun pengobatan
dapat memungkinkan seseorang yang rentan terhadap gangguan ini untuk
mempelajari cara-cara yang lebih produktif menghadapi situasi. Diagnosis dini
dapat membantu pasien dan anggota keluarga untuk mengenali pola reaktif meluas
emosi antara individu dengan gangguan kepribadian histrionik. Mendidik
orang-orang, khususnya para profesional kesehatan mental, tentang karakter
abadi orang dengan HPD (Histrionic Personality Disorder) mungkin membuat
beberapa kasus ringan perilaku dramatis berkembang menjadi full-blown kasus
maladaptive HPD. Penelitian lebih lanjut dalam pencegahan perlu untuk
menyelidiki hubungan antara variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin,
budaya, dan etnisitas dan HPD.
Para
terapis yang mengguanakan teknik kognitif-perilaku menolong klien mengembangkan
cara yang lebih efektif dalam melakuakn pendekatan masalah dan situasi, bekerja
dengan klien dengan terfokus pada tujuan, dan akan mengajarkan mereka bagaimana
berpikir lebih tepat dan objektif. Dengan mengambil pendekatan tersebut, para
terapis mempraktikkan perilaku menyelesaikan masalah dengan baik dan memberi
klien pertolongan praktis dalam menangani berbagai masalah kehidupan. Para
klien juga belajar strategi pemantauan diri sendiri untuk menjaga kecenderungan
impulsif mereka dalam memeriksa, sebaik kemampuan mereka mengembangkan hubungan
interpersonal.
Contoh Kasus
Film
A Streetcar Named Desire
menceritakan kisah Blanche DuBois, seorang wanita, yang menarik muda genit tapi
bermasalah, yang pindah ke New Orleans untuk tinggal bersama kakaknya, Stella
dan suaminya, Stanley Kowalski setelah kematian suaminya.
Blanche kurang dari jujur tentang
dirinya sendiri. Dia mencoba untuk menggunakan pesonanya untuk memanipulasi
orang dan menutupi masa lalunya, termasuk bunuh diri suaminya, hubungan
sementara dengan laki-laki, alkoholisme nya, kehilangan rumah dan bahwa dia
dipecat sebagai guru karena berselingkuh dengan seorang mahasiswa.
Suami Stella, Stanley, memainkan
peran seorang narsisis yang kasar, yang dominasi dan kontrol ditantang oleh
kedatangan Blanche. Blanche mencoba untuk mengekspos, menghadapi dan
mengeksploitasi kerentanan nya. Marah dengan hal ini dan akhirnya menemukan
kesempatan, Stanley serangan brutal Blanche, pertama pada tingkat emosional, maka
pada satu fisik. Pada akhirnya, dia membagi-bagikan-nya dingin ke fasilitas
psikiatri, sehingga dirinya kembali ke posisi dominasi.
Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler
kodependen, mencoba untuk menenangkan Stanley dan Blanche.
Sumber :
-Abnormal
Psychology (9th edition) by Gerald C. Davidson, John M. Neale, &
Ann M. Kring.
-Abnormal
Psychology (Clinical Perspectives on Psychological Disorders) by Richard P.
Halg & Susan Krauss W.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar