Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) biasanya diklasifikasikan sebagai suatu
anxiety akan tetapi etiologinya berkaitan dengan gangguan disosiatif. Sekarang
ini lebih dikenal sebagai gangguan.Meskipun kunci granat dan kelelahan perang
dijelaskan oleh dokter dalam kedua perang dunia.Menurut perhatian professional
gangguan ini berkurang setelah perang usai.Dalam novel sejarah Pat Baker
berjudul The Eye in the door khususnya menyediakan perhitungan PTSD dalam
disosiasi tentara pada perang dunia 1. Novel tersebut juga menjelaskan dengan
detail treatmen terhadap prajurita perang oleh clinical asli Sir Henry
Head(1861-1940) and William H. R. Rivers (1864-1922), yang benar- benar
terlibat dengan pasien selama perang dunia juga dibedakan dalam kontribusi
mereka dalam antropologi, nourologi dan social masing- masing. Meskipun
demikian gangguan PTSD yang berpotensi sebagai gangguan jiwa kronis tidak
terjadi kemudian.Pengakuan ini merupakan pengalaman seorang veteran Amerika
dalam perang Vietnam, serta studi kasus korban bencana.Awalnya PTSD masuk dalam
DSM III dari (American Psichiatric Assosiation, 1980). Versi awal dari DSM
dianggap sebagai gejala stress yang sementara.
Definisi
Salah
satu teka teki akibat PTSD adalah melibatkan tinggi dan rendahnya suatu gairah,
keduanya menghindar dan merasakan kembali pengalaman yang intens mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan peristiwa traumatis.Sebuah teori menjelaskan
gejala- gejala yang tampak bertentangan dari PTSD. Dalam DSM- IV TR PTSD
didefinisikan sebagai pengembangan dari tiga jenis gejala berikut paparan
kepada stressor traumatic yang ekstrim yaitu (kematian, cedera tubuh, dan
ancaman lain untuk integritas tubuh) baik sebagai korban, saksi atau teman
dekat.Paparan awalnya harus berupa menghasilkan rasa takut yang sangat,
ketidakberdayaan atau mengerikan (pada anak- anak, disagitasi atau agitasi).Secara
khusus ketiga jenis gejala tersebut mendefinisikan suatu gejala merasakan
kembali pengalaman peristiwa traumatic, menghindar, adanya gejala yang kuat dan
beberapa gejala yang diperlukan untuk keperluan diagnosis.Setidaknya gejalanya
harus berlangsung selama 1 bulan dan mengganggu fungsi Adaptif.Merasakan
kembali pengalaman traumatic ditandai dengan kenangan berulang, mimpi, kilas balik,
adanya reaksi yang kuat baik terhadap fisik maupun fisiologis dalam reaksi yang
saling berhubungan.Gejala menghindar termasuk menghindari isyarat yang terkait
dengan trauma (bahkan mencapai titik amnesia untuk aspek- aspek trauma) dan
pamisahan responsif sebagaimana dibuktikan dalam kegiatan yang biasanya.Respon
dari gejala ini termasuk kesulitan tidur, cepat marah, masalah konsentrasi dan
yang lainnya.Terdapat banyak tanggapan mengenai traumatis stressor.Sebagaimana
yang kita saksikan, kehidupan yang penuh dengan stress merupakan etiologi dari
gangguan mood dan kecemasan yang paling berpengaruh, maka kita membutuhkan
stressor berbeda yang dapat meningkatkan resiko PTSD secara spesifik. Dalam
diskusi McNally (1999), uji coba lapangan dari DSM-IV menghasilkan beberapa
bukti empiris yang relevan dengan pernyataan ini, karena ditemukannya tingkat
yang rendah yaitu 0,4 % dari gejala PTSD pada individu terhadap stress yang
tidak mengancam jiwa seperti pertempuran, bencana alam atau pemerkosaan.
Keadaan yang lemah dapat mencakup, menjadi korban stress tersebut, mengalami
atau menjadi saksi mata terhadap orang lain contohnya, seorang polisi atau
prajurit yang menembak seseorang saat bertugas.
Epidemiologi
Prevalensi
PTSD dalam studi komorbiditas nasional (NCS; Kessler, Sonega, Bromet, Hughes
dan Nelson) adalah 7,8% merupakan perempuan dan 10,8% lebih sering daripada
laki- laki yang hanya sekitar 5%. Seperti yang akan kita saksikan nanti laki-
laki lebih mungkin mendapatkan ancaman trauma, sehingga dominasi permempuas
dengan PTSD saat ini hanya suatu dasar pemikiran.
Solusi
dari pemikiran ini ialah bahwa wanita lebih mungkin melihat suatu situasi fisik
sebagai suatu bahaya yang mengancam atau jenis trauma yang berbeda dengan yang
mereka perlihatkan.Terdapat rating yang tinggi pada wanita yaitu 13 kali lebih
tinggi berdasarkan Studi NCS, dari stressor tauma.Pada salah satu penelitian
korban PTSD yang dialami wanita meningkat lebih banyak yaitu sekitar 80%.Dimana
hanya 25% yang mengalami kecemasan dalam perkembangannya (Breslau, Davis,
Andreaski & Peterson, 1991). Berdasarkan hasil penelitian NCS (Kessler, et.
al 1995) indikasinya setelah menjadi korban pemerkosaan 45% wanita dan 64% pria
berkembang gejala PTSD. Berdasarkan hasil rating PTSD wanita 20% lebih banyak
daripada pria yang hanya 8% mengalami trauma. Sehingga jelas bahwa resiko PTSD
beberapa kali lebih tinggi dari pada trauma yang lain. Dengan angka PTSD lebih
tinggi pada wanita daripada pria.
Perbedaan Sosiokultural
Adanya
perbedaan jenis kelamin sedang menjadi perbincangan saat ini, seperti diketahui
terdapat dua variasi antara etnik sosial dan kebudayaan.Dimana kejadian trauma berhubungan
dengan para pria kulit hitam dengan pendidikan yang kurang (McNally, 1999).
Comorbiditas
Sebanyak
80% orang dewasa yang mengalami PTSD dengan komorbiditas diagnosis.Alkoholic,
depresi, GAD, dan serangan panik.Beberapa kondisi ini dapat menggambarkan PTSD
dan faktor resikonya.Beberapa diikuti dengan PTSD isunya sendiri tanpa melalui
penelitian.
Etiologi
Meskipun
pada awalnya diyakini bahwa gangguan PTSD adalah lingkungan namun sekarang
cukup jelas bahwa perbedaan individu terhadap respon dalam trauma beberapa
terdapat mediasi genetik.Mengejutkan sekali karena trauma yang mengancam jiwa
mungkin terdapat lebih dari satu pemikiran. Berdasarkan penelitian di Bresleau
dan Cofleagues (1991), 4,0% sampel penelitian pernah mengalami trauma seperti
itu. Tingkatan dalam penelitian NCS (Kessler et al, 1995) yaitu 6.1% dialami
pria dan 5.1% dialami wanita.Karena tingkat pemaparannya lebih tinggi
dibandingkan dengan PTSD, maka jelas trauma sendiri jarang menyebabkan PTSD.
Faktor lain yang terlibat yaitu rendahnya IQ, dukungan sosial yang rendah,
trauma sebelumnya (termasuk trauma fisik atau pelecehan sexual pada masa kanak-
kanak), mood yang sudah ada sebelumnya, gangguan kecemasan, atau riwayat
kelurga dengan gangguan tersebut (ditinjau dari McNally, 1999). Karena beberapa
faktor resiko sebagian dipengaruhi oleh genetik, maka menjadi masuk akal dalam
perbedaan individu yang mengalami PTSD sebagian diwariskan. Faktor lain
misalnya terjadi disosiasi ( misalnya peristiwa yang terjadi secara lambat
terputus dari tubuh seseorang) pada saat peristiwa traumatik (Foa & Riggs,
1995). Peritraumatic Disosiasi merupakan penyebab diamana seseorang dapat
mengendalikan intensitas trauma (Shalev, Peri, Cannetti & Schreiber, 1996).
Heriability
Sebuah
studi PTSD dengan orang kembar (lebih dari 4000 pasangan kembar) telah
dilakukan di era Vietnam, dengan nama Twin Registry
(Goldberg, Benar, Eisen, & Henderson, 1990; Benar et
al, 1993). Hasil penelitiannya mengungkapkan adanya bukti kuat baik
lingkungan maupun gen dalam mempengaruhi PTSD. Dengan pemeriksaan terhadap
pasangan MZ yang mengalami pertempuran berat, Goldberg dan rekan
(1990).Menemukan bahwa individu yang mengalami perang sembilan kali lebih
mungkin terkena paparan PTSD daripada rekan kembar mereka yang tidak bertugas
di Vietnam.Karena MZ merupakan pasangan kembar identik maka perbedaan PTSD
pasti karena pengaruh lingkungan dan pengalaman (mengalami pertempuran
berat). Tidak seperti metode yag
digunakan dalam lingkungan fluktuatif lainnya, pada studi pasangan MZ adalah
besar kemungkinan bahwa faktor lingkungan dapat menyumbangkan resiko yang besar.
Treatment
Trauma-focused
cognitive-behavioral therapy. Terapi perilaku terhadap trauma melibatkan
hati secara bertahap megespos diri, perasaa, pikiran tentang situasi yang
mengingatkan dengan kejadian traumatik, Terapi juga
melibatkan pikiranmengganggu mengidentifikasi tentang peristiwa
terutama traumatis pikiran-pikiran yangterdistorsi dan tidak
rasional-dan menggantinya dengan gambaran yang lebih seimbang.
Family
Therapy, karena PTSD mempengaruhi seseorang dengan keluarganya maka dilakukan
terapi keluarga yang bisa sangat membantu. Terapi keluarga dapat membantu
seseorang untuk mengerti apa yang anggota keluarga lain rasakan. Hal ini juga
dapat membuat setiap anggota keluarga berkomunikasi dengan baik karena gejala
PTSD tersebut.
Terapi
obat, biasanya digunakan untuk orang dengan PTSD untuk meredakan gejaa sekunder
dari depresi atau kecemasan.Antidepresan seperti Prozac dan Zoloft adalah obat
yang umum digunakan untuk PTSD.Sedangkan antidepresan dapat membantu mengurangi
rasa sedih, khawatir, dan pengobatan PTSD.
EMDR (Eye
Movement Desensitisasi dan pengolahan) menggabungkan unsur
kognitif-perilaku terapi dengan gerakan mata atau bentuk
lain dari rangsangan ritmis, kiri-kanan,
seperti keran tangan atau suara. Gerakan mata dan bentuk stimulasi bilateral
lainnya diperkirakan untuk bekerja dengan "unfreezing" pengolahan
informasi sistem otak, yang terganggu pada saat stres yang
ekstrim.
Contoh Kasus
Film: Born of 4th July
Ron
Kovic adalah seorang mariner yang bertugas di Vietnam saat berada disana Ron
menjadi korban penembakan oleh juniornnya yang bernama Wilson.Saat itu Wilson
mencoba menyelamatkan Ron namun kemudian Wilson meninggal saat berada
dipangkuan Ron, sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi Ron.Karena
terus- terusan merasa bersalah maka atasan Ron memerintahkan Ron untuk melupakan
kejadian tersebut karena menyebabkan efek negative terhadap Ron.
Hingga
akhirnya saat melakukan tugas Ron terjebak dan hampir mati, namun saat itu
sesama marinir dating dan menyelamatkan Ron. Saat itu Ron yang tinggal di rumah
sakit untuk penyembuhan merasa tidak nyaman karena petugas yang tidak peduli
terhadap pasien dan dokter yang dating tidak secara intensif, penggunaan obat-
obatan terlarang antara pasien dan petugas rumah sakit. Saat Ron mencoba
berjalan menggunakan tongkat meskipun mendapat peringatan dari dokter, Ron
tetap melakukannya. Saat itiu Ron yang putus asa mendapat kabar bahwa kedua
kakinya harus diamputasi, namun dalam
pikirannya adalah perlakuan keluarga dan teman- temannya melihat keadaannya
seperti itu. Pada saat ulang tahun Amerika saat itu Ron mendapat penghargaan
karena berperang namun yang ada didalam pikirannya semua itu hanya ilusi dan
hanya memikirkan bagaimana caranya agar kedua kakinya dapat kembali, dan saat
perayaan kemerdekaan AS saat kembang apa meluncur Ron merasa ketakutan
mendengar suara kembang api tersebut karena mengingatkannya akan pengalaman
perang di Vietnam. Setelah kejadian tersebut Ron menjadi orang yang mudah marah
dan selalu menjadikan alcohol sebagai pelarian juga selalu bertengkar dengan
ibunya. Setelah diperiksa Ron menunjukan bahwa ia mengalami gejala Post
traumatic akibat perang di Vietnam.
Sumber:
Pennington,
Bruce F. 2005. New York, The Development of Psychopathology Nature and Nurture
Triska Nurita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar