Penggunaan istilah psikopat
dan sosiopat yang sering kita dengar digunakan untuk
menunjukkan tipe orang yang kini termasuk dalam kepribadian antisosial.
Sejumlah klinisi terus menggunakan istilah ini bergantiandengan kepribadian
antisosial. Akar dari kata psikopat berfokus pada gagasan
bahwa ada sesuatu yang tidak benar (patologis) pada fungsi psikologis individu.
Sedangkan akar dari kata sosiopati berpusat pada deviasi
(penyimpangan) sosial orang tersebut.
gangguan kepribadian antisosial adalah gangguan
kepribadian yang merasa tidak diterima di sekelilingnya sehingga mengucilkan
diri sendiri dan defensive, seperti gangguan kepribadian schizoid. Gangguan ini
merupakan dampak psikologis yang terjadi secara lambat tapi pasti yang akhirnya
membuat orang ini yakin bahwa dia tidak seberuntung orang lain dan tidak puas
dengan pencapaiannya sehingga menghakimi negatif dirinya sendiri.
Orang
dengan gangguan kepribadian antisosial (antisocial
personality disorder) secara persisten melakukan
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka
mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsiv, serta gagal dalam membina
hubungan interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian mereka sering menunujukkan
kharisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak memiliki intelegensi
rata-rata (Cleckley, 1976). Indikator Cleckleys dari sociopathy
agak berbeda dari kriteria DSM III untuk diagnosis gangguan kepribadian
antisosial. Kriteria sebagaimana dimaksud aspek yang lebih spesifik perilaku,
seperti ketidakmampuan untuk memegang pekerjaan dan menjadi orangtua yang
bertanggung jawab dan gagal untuk menghormati kewajiban finansial.
Cleckleys konsep sosiopat
Kedua sejarah kasus menggambarkan banyak dari gejala-gejala dari sindrom sosiopat seperti yang telah didefinisikan oleh Hervey cleckley dalam bukunya. Topeng kewarasan.
1. Cukup rendah rasa bersosialisasi dan kecerdasan di atas rata rata.
2. Tidak adanya tanda-tanda lain pemikiran irasional.
3. Tidak adanya ketenangan, kecemasan neurotik atau gejala lainnya yang cukup besar.
Kedua sejarah kasus menggambarkan banyak dari gejala-gejala dari sindrom sosiopat seperti yang telah didefinisikan oleh Hervey cleckley dalam bukunya. Topeng kewarasan.
1. Cukup rendah rasa bersosialisasi dan kecerdasan di atas rata rata.
2. Tidak adanya tanda-tanda lain pemikiran irasional.
3. Tidak adanya ketenangan, kecemasan neurotik atau gejala lainnya yang cukup besar.
4. Ketidaktulusan
5. Kurangnya penyesalan, tidak ada rasa malu
6. Perilaku yang antisosial tidak cukup termotivasi dan buruk direncanakan, sepertinya berasal dari sebuah impulsif.
7. Miskin penilaian dan kegagalan untuk belajar dari pengalaman.
8. Patologis ego, ketidakmampuan untuk cinta sejati.
9. Umum kemiskinan emosi yang mendalam.
10. Kurangnya wawasan apapun yang benar.
11. Tidak ada riwayat usaha bunuh diri yang sejati.
12. Kehidupan seks sepele, dan kurang terintegrasi.
13. Kegagalan untuk memiliki rencana hidup
5. Kurangnya penyesalan, tidak ada rasa malu
6. Perilaku yang antisosial tidak cukup termotivasi dan buruk direncanakan, sepertinya berasal dari sebuah impulsif.
7. Miskin penilaian dan kegagalan untuk belajar dari pengalaman.
8. Patologis ego, ketidakmampuan untuk cinta sejati.
9. Umum kemiskinan emosi yang mendalam.
10. Kurangnya wawasan apapun yang benar.
11. Tidak ada riwayat usaha bunuh diri yang sejati.
12. Kehidupan seks sepele, dan kurang terintegrasi.
13. Kegagalan untuk memiliki rencana hidup
Ciri yang paling menonjol dari
mereka adalah tingkat kecemasan yang rendah ketika berhadapan dengan situasi
yang mengancam dan kurangnya rasa bersalah dan menyesal atas kesalahan yang
telah mereka lakukan. Hukuman biasanya hanya member sedikit dampak, bila ada,
dalam perilaku mereka. Meski orang tua atau orang lain menghukum mereka untuk
kesalahan yang mereka lakukan, mereka tetap menjalani kehidupan yang tidak
bertanggung jawab dan impulsive. Laki-laki cenderung menerima diagnosis
kepribadian antisosial daripada perempuan (Robins, Locke, & Reiger, 1991).
Tingkat pravelensi untuk dalam sampel komunitas berkisar antara 3% sampai 6%
pada laki-laki dan sekitar 1% untuk perempuan. Untuk mendiagnosis perilaku
antisosial orang itu paling tidak harus berumur 18 tahun.
Terapi untuk gangguan kepribadian antisosial
Dia menunjukkan bahwa;
1. Terapi dengan kepribadian tergantung difasilitasi oleh fakta bahwa orang-orang mencari orang lain yang lebih kuat pada siapa mereka bergantung. Oleh karena itu mereka membuat pasien bersedia dan reseptif. Namun, sifat ini dapat membuat mereka terlalu tergantung pada terapis dan kurang cenderung untuk membuat keputusan sendiri dan untuk mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri. Millon menunjukkan bahwa pendekatan nondirective bekerja lebih baik daripada yang perilaku karena mereka mendorong kemerdekaan.
2. Kepribadian Historinic tidak tetap dalam terapi untuk waktu yang lama, terutama ketika sumber kecemasan yang diselidiki. Millon mengusulkan terapi congnitive untuk membantu kepribadian histrionik belajar untuk berpikir daripada bertindak impulsif.
3. Kepribadian pasif-agresif membuat pengobatan sulit karena masalah yang sangat mereka, mereka lupa janji, datang terlambat dan gagal melakukan antara janji sesi. Teqniques psikoanalitik menafsirkan resistensi tersebut dapat membantu.
4. Kepribadian skizoid mungkin membantu untuk reduceisolation melalui teknik perilaku seperti pelatihan keterampilan sosial.
Namun, perlu dicatat bahwa, seperti orang lain yang menulis tentang dan bekerja dengan gangguan kepribadian, juta, sangat berhati-hati mengharapkan terlalu banyak dari terapi ketika amarah masalah yang begitu luas dan ancomepassing semua. Aspek perilaku pengobatan melibatkan membantu pasien belajar untuk memecahkan masalah, yaitu untuk mendapatkan cara yang lebih efektif dan diterima secara sosial penanganan masalah sehari-hari mereka hidup. Pekerjaan juga dilakukan pada peningkatan interpersonal mereka.
Dia menunjukkan bahwa;
1. Terapi dengan kepribadian tergantung difasilitasi oleh fakta bahwa orang-orang mencari orang lain yang lebih kuat pada siapa mereka bergantung. Oleh karena itu mereka membuat pasien bersedia dan reseptif. Namun, sifat ini dapat membuat mereka terlalu tergantung pada terapis dan kurang cenderung untuk membuat keputusan sendiri dan untuk mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri. Millon menunjukkan bahwa pendekatan nondirective bekerja lebih baik daripada yang perilaku karena mereka mendorong kemerdekaan.
2. Kepribadian Historinic tidak tetap dalam terapi untuk waktu yang lama, terutama ketika sumber kecemasan yang diselidiki. Millon mengusulkan terapi congnitive untuk membantu kepribadian histrionik belajar untuk berpikir daripada bertindak impulsif.
3. Kepribadian pasif-agresif membuat pengobatan sulit karena masalah yang sangat mereka, mereka lupa janji, datang terlambat dan gagal melakukan antara janji sesi. Teqniques psikoanalitik menafsirkan resistensi tersebut dapat membantu.
4. Kepribadian skizoid mungkin membantu untuk reduceisolation melalui teknik perilaku seperti pelatihan keterampilan sosial.
Namun, perlu dicatat bahwa, seperti orang lain yang menulis tentang dan bekerja dengan gangguan kepribadian, juta, sangat berhati-hati mengharapkan terlalu banyak dari terapi ketika amarah masalah yang begitu luas dan ancomepassing semua. Aspek perilaku pengobatan melibatkan membantu pasien belajar untuk memecahkan masalah, yaitu untuk mendapatkan cara yang lebih efektif dan diterima secara sosial penanganan masalah sehari-hari mereka hidup. Pekerjaan juga dilakukan pada peningkatan interpersonal mereka.
Kasus
:
Christopher
Johnson McCandless, adalah seorang pemuda yang cerdas, atletis dan berasal dari
keluarga kaya. Ayahnya, Walt McCandless, adalah seorang antenna specialist yang
bekerja untuk NASA, sedangkan ibunya, Wilhelmina Johnson, adalah seorang
konsultan yang sangat sukses. Lahir di Virginia, Chris (Christopher McCandless)
tumbuh dan besar bersama adik perempuannya yang bernama Carine. Chris adalah
lulusan terbaik di Emory College, dan telah mendapatkan tawaran untuk
melanjutkan kuliah di Harvard jurusan Hukum.
Dalam lingkungan sosial, kedua orang tuanya dikenal sebagai pasangan yang sukses dan harmonis serta figur ideal bagi lingkungan sosialnya. Namun bagi Chris sendiri, orang tuanya hanyalah figur masyarakat kelas menengah yang hipokrit dan penuh dengan kemunafikan. Karena pada kenyataannya, Walt, (ayahnya) sering melakukan tindak kekerasan terhadap ibunya. Bahkan Chris juga mengetahui bahwa dirinya dan Carine (adiknya) ternyata adalah anak yang dilahirkan dari sebuah hubungan gelap ayahnya. Suatu hal yang sangat melukai hati Chris, dia menganggap kedua orangtuanya telah membohonginya, dan situasi inilah yang kemudian membentuk pribadi Chris sekaligus menjadi motivasi dari perjalanan dan petualangannya saat ia beranjak dewasa. Dalam kata-katanya, dia mengutip Thoreau,
”Rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness... give me truth.”
Setelah lulus dari Emory, Chris telah memilih jalan hidupnya sendiri. Dia dengan berani menolak hadiah mobil baru yg diberikan kedua orang tuanya. Bahkan sisa uang kuliahnya sebesar 42.000 dolar yg seharusnya digunakan untuk melanjutkan kuliah, 24.000 dolar-nya telah dia sumbangkan ke Oxfam International. Tidak ada yang tahu sikap Chris ini selain Carine, satu-satunya orang yg dipercaya oleh Chris dalam keluarganya.
Chris kemudian memilih untuk berpetualang bebas, menyendiri dan meninggalkan kehidupan sosial dari orang-orang yang dikenalnya, sebagai ekspresi ketidakpuasan dirinya atas peradaban yang disaksikannya setiap hari. Baginya, modernisasi membuat individu menjadi tidak manusiawi. Dia berpikir, penderitaan yang terjadi dimana-mana disebabkan karena manusia saling menyakiti. Masyarakat dianggapnya lebih banyak mengekang kebebasan individu, hingga mengatur bagaimana caranya hidup. Kondisi seperti itulah yang dialami Chris dengan keluarganya.
Cita-cita besarnya adalah hidup di tengah belantara Alaska, dan itu diawali dengan meninggalkan mobil Datsun miliknya serta membakar habis uang dolar sisa kuliahnya untuk berpetualang ke San Diego, El Paso, Houston, Grand Canyon, Joshua Tree, Palm Springs, Las Vegas hingga akhirnya sampai ke Alaska.
Dalam petualangannya itu, Chris mengganti namanya menjadi ”Alexander Supertramp”. Layaknya seoarang backpacker, Chris sangat menikmati petualangannya. Ia berjalan kaki, menumpang mobil, naik kereta barang diam-diam, untuk pergi ke Sierra Nevada hingga ber-rafting ria menyusuri sungai Colorado menuju Gulf of California. Kemudian menyelundup ke Mexico melalui dam di perbatasan dan tinggal dalam gua di pinggiran pantai selama 3 minggu. Demi bertahan hidup dan membiayai perjalanannya ke Alaska, Chris juga sempat bekerja sebagai waitress di burger King dan berjualan buku di kampung hippies untuk mendapatkan uang.
Chris mulai berproses dan berinteraksi dengan orang-orang yang ditemuinya, antara lain dengan Wayne Westernberg, yang menjadi sahabat dekatnya, kemudian bertemu dengan Jan & Rainey, sepasang hippies yang telah menganggap Chris sebagai keluarga, juga bertemu dengan Tracy, wanita cantik yang cintanya ditolak oleh Chris, hingga bertemu dengan Ron Franz, seorang purnawirawan angkatan darat yang juga hidup menyendiri, dan mengajari Chris tentang mencintai sesama. "I’ll miss you too, Ron. But you're wrong if you think that the joy of life comes principally from human relationships. God's placed it all around us. It's in everything. It’s in anything we can experience. People just need to change the way they look at those things."
Kutipan kata-katanya saat berbincang dengan Ron Franz di sebuah bukit berbatu sangatlah berkesan. Jelas menggambarkan siapakah sosok Chris sebenarnya. Chris adalah seorang pemuda idealis, yang anti-sosial dan anti-kemapanan. Setiap pemikirannya selalu dipengaruhi oleh tokoh-tokoh hebat macam Thoreau, Emerson, Jack London dan Tolstoy yang beraliran romantic dengan standar moral yang tinggi. Dia menganggap bahwa kebahagiaan itu bisa diciptakan sendiri tanpa harus memiliki materi. Dan kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh hubungan antar manusia, seakan-akan dia ingin mengingkari kenyataan bahwa manusia itu adalah mahluk sosial yang hidupnya bergantung pada orang lain.
Setelah 2 tahun berpetualang mengelilingi Amerika, tibalah Chris di tanah tujuannya, yaitu hutan belantara Alaska yang dipenuhi salju. Chris harus menyeberangi sungai beku hingga mendapati sebuah bis kosong untuk dijadikan tempat tinggalnya selama berminggu-minggu. Dalam kesendiriannya di tengah-tengah hutan, Chris mengalami pencerahan yang benar-benar mengubah cara pandang dunianya. Ia mulai resah dan bosan dengan kesendiriannya itu.
Namun sayang, ketika dia memutuskan untuk kembali ke dunia normalnya, alam bebas seakan tidak mengijinkannya pergi begitu saja. Ia terjebak di belantara Alaska, lantaran sungai beku yang pernah diseberanginya telah berubah menjadi sungai besar yang berarus deras saat musim kemarau. Persediaan makanannya telah habis, dan Chris hanya bisa mengandalkan tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya. Berbekal pengetahuan survival seadanya dan sebuah buku field guide tentang edible plant (botani praktis), Chris mencoba mengidentifikasi tanaman untuk makanan sehari-harinya. Dan sungguh naas nasibnya, maksud hati hendak memakan Hedysarum alpinum (sejenis kentang), dia malah memakan Hedysarum mackenzii tanaman sejenis yang morfologinya hampir sama namun mengandung racun dan dapat menyebabkan kematian.
Dalam lingkungan sosial, kedua orang tuanya dikenal sebagai pasangan yang sukses dan harmonis serta figur ideal bagi lingkungan sosialnya. Namun bagi Chris sendiri, orang tuanya hanyalah figur masyarakat kelas menengah yang hipokrit dan penuh dengan kemunafikan. Karena pada kenyataannya, Walt, (ayahnya) sering melakukan tindak kekerasan terhadap ibunya. Bahkan Chris juga mengetahui bahwa dirinya dan Carine (adiknya) ternyata adalah anak yang dilahirkan dari sebuah hubungan gelap ayahnya. Suatu hal yang sangat melukai hati Chris, dia menganggap kedua orangtuanya telah membohonginya, dan situasi inilah yang kemudian membentuk pribadi Chris sekaligus menjadi motivasi dari perjalanan dan petualangannya saat ia beranjak dewasa. Dalam kata-katanya, dia mengutip Thoreau,
”Rather than love, than money, than faith, than fame, than fairness... give me truth.”
Setelah lulus dari Emory, Chris telah memilih jalan hidupnya sendiri. Dia dengan berani menolak hadiah mobil baru yg diberikan kedua orang tuanya. Bahkan sisa uang kuliahnya sebesar 42.000 dolar yg seharusnya digunakan untuk melanjutkan kuliah, 24.000 dolar-nya telah dia sumbangkan ke Oxfam International. Tidak ada yang tahu sikap Chris ini selain Carine, satu-satunya orang yg dipercaya oleh Chris dalam keluarganya.
Chris kemudian memilih untuk berpetualang bebas, menyendiri dan meninggalkan kehidupan sosial dari orang-orang yang dikenalnya, sebagai ekspresi ketidakpuasan dirinya atas peradaban yang disaksikannya setiap hari. Baginya, modernisasi membuat individu menjadi tidak manusiawi. Dia berpikir, penderitaan yang terjadi dimana-mana disebabkan karena manusia saling menyakiti. Masyarakat dianggapnya lebih banyak mengekang kebebasan individu, hingga mengatur bagaimana caranya hidup. Kondisi seperti itulah yang dialami Chris dengan keluarganya.
Cita-cita besarnya adalah hidup di tengah belantara Alaska, dan itu diawali dengan meninggalkan mobil Datsun miliknya serta membakar habis uang dolar sisa kuliahnya untuk berpetualang ke San Diego, El Paso, Houston, Grand Canyon, Joshua Tree, Palm Springs, Las Vegas hingga akhirnya sampai ke Alaska.
Dalam petualangannya itu, Chris mengganti namanya menjadi ”Alexander Supertramp”. Layaknya seoarang backpacker, Chris sangat menikmati petualangannya. Ia berjalan kaki, menumpang mobil, naik kereta barang diam-diam, untuk pergi ke Sierra Nevada hingga ber-rafting ria menyusuri sungai Colorado menuju Gulf of California. Kemudian menyelundup ke Mexico melalui dam di perbatasan dan tinggal dalam gua di pinggiran pantai selama 3 minggu. Demi bertahan hidup dan membiayai perjalanannya ke Alaska, Chris juga sempat bekerja sebagai waitress di burger King dan berjualan buku di kampung hippies untuk mendapatkan uang.
Chris mulai berproses dan berinteraksi dengan orang-orang yang ditemuinya, antara lain dengan Wayne Westernberg, yang menjadi sahabat dekatnya, kemudian bertemu dengan Jan & Rainey, sepasang hippies yang telah menganggap Chris sebagai keluarga, juga bertemu dengan Tracy, wanita cantik yang cintanya ditolak oleh Chris, hingga bertemu dengan Ron Franz, seorang purnawirawan angkatan darat yang juga hidup menyendiri, dan mengajari Chris tentang mencintai sesama. "I’ll miss you too, Ron. But you're wrong if you think that the joy of life comes principally from human relationships. God's placed it all around us. It's in everything. It’s in anything we can experience. People just need to change the way they look at those things."
Kutipan kata-katanya saat berbincang dengan Ron Franz di sebuah bukit berbatu sangatlah berkesan. Jelas menggambarkan siapakah sosok Chris sebenarnya. Chris adalah seorang pemuda idealis, yang anti-sosial dan anti-kemapanan. Setiap pemikirannya selalu dipengaruhi oleh tokoh-tokoh hebat macam Thoreau, Emerson, Jack London dan Tolstoy yang beraliran romantic dengan standar moral yang tinggi. Dia menganggap bahwa kebahagiaan itu bisa diciptakan sendiri tanpa harus memiliki materi. Dan kebahagiaan itu bukan ditentukan oleh hubungan antar manusia, seakan-akan dia ingin mengingkari kenyataan bahwa manusia itu adalah mahluk sosial yang hidupnya bergantung pada orang lain.
Setelah 2 tahun berpetualang mengelilingi Amerika, tibalah Chris di tanah tujuannya, yaitu hutan belantara Alaska yang dipenuhi salju. Chris harus menyeberangi sungai beku hingga mendapati sebuah bis kosong untuk dijadikan tempat tinggalnya selama berminggu-minggu. Dalam kesendiriannya di tengah-tengah hutan, Chris mengalami pencerahan yang benar-benar mengubah cara pandang dunianya. Ia mulai resah dan bosan dengan kesendiriannya itu.
Namun sayang, ketika dia memutuskan untuk kembali ke dunia normalnya, alam bebas seakan tidak mengijinkannya pergi begitu saja. Ia terjebak di belantara Alaska, lantaran sungai beku yang pernah diseberanginya telah berubah menjadi sungai besar yang berarus deras saat musim kemarau. Persediaan makanannya telah habis, dan Chris hanya bisa mengandalkan tanaman-tanaman yang ada di sekitarnya. Berbekal pengetahuan survival seadanya dan sebuah buku field guide tentang edible plant (botani praktis), Chris mencoba mengidentifikasi tanaman untuk makanan sehari-harinya. Dan sungguh naas nasibnya, maksud hati hendak memakan Hedysarum alpinum (sejenis kentang), dia malah memakan Hedysarum mackenzii tanaman sejenis yang morfologinya hampir sama namun mengandung racun dan dapat menyebabkan kematian.
Dalam kesendiriannya itu, Chris mencoba untuk melawan racun yang ada di tubuhnya selama beberapa hari. Hingga akhirnya lemas dan tidak bisa bergerak, hanya berbaring di tempat tidur. Secara perlahan, air matanya mengalir, dibukanya buku Doctor Zhivago yang dia bawa. Matanya terpaku pada deretan kalimat :
"... and that an unshared happiness is not happiness..."
Lalu dia mengambil pena dan dengan tangan bergetar, dia menggoreskan kalimat :
"HAPPINESS ONLY REAL WHEN SHARED"
Saat mengalami epiphany, dia malah membayangkan wajah orang-orang yang disayanginya, dan dia benar-benar merindukan kedua orang tuanya. Chris akhirnya mati di tanah impian
NAMA : AYU IRA VERIYANTI
NPM : 10050009194
Buku : Abnormal psychology ,Davison/Neale
Tidak ada komentar:
Posting Komentar