Fugue
berasal dari bahasa latin fugere, yang berarti melarikan diri, fugue sama dengan amnesia ”dalam pelarian”.
Dalam fugue disosiatif memori yang hilang lebih luas dari pada amnesia
dissosiative, individu tidak hanya kehilangan seluruh ingatanya (misalnya nama,
keluarga atau pekerjaanya), mereka secara mendadak meninggalkan rumah dan
pekerjaanya serta memiliki identitas yang baru (parsial atau total) (APA,
1994). Namun mereka mampu membentuk hubungan sosial yang baik dengan lingkungan
yang baru. Fugue, seperti
amnesia, relatif jarang dan diyakini mempengaruhi sekitar 2 orang di 1.000 di
antara populasi umum (APA, 1994). Gangguan ini muncul
sesudah individu mengalami stress atau konflik yang berat,misalnya pertengkaran
rumah tangga, mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan,
perang atau bencana alam .
Perilaku
seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan dan
terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia disosiatif.
Pasien dengan fugue disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari rumah dan
situasi kerjanya dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas mereka
sebelumnya (nama,keluarga, pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi tidak
selalu, mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun
identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang
terlihat pada gangguan identitas disosiatif.
Penyebab
dissociative fugue serupa kepada dissociative amnesia. Dissociative fugue
sering disalaharti sebagai malingering, karena kedua kondisi bisa terjadi
dibawah keadaan bahwa seseorang mungkin tidak bisa memahami keinginan untuk
menghindar. Kebanyakan fugue tampak melambangkan pemenuhan keinginan yang
disembunyikan (misal, lari dari tekanan yang berlebihan, seperti perceraian
atau kegagalan keuangan). Fugues lainnya berhubungan dengan perasaan ditolak
atau dipisahkan atau mereka bisa melindungi orang tersebut dari bunuh diri atau
impul pembunuhan. Ketika dissociative fugue berulang labih dari beberapa waktu,
orang tersebut biasanya memiliki gangguan identitas dissociative yang
mendasari. Fugue bisa berlangsung dari hitungan jam sampai mingguan, atau
kadangkala bahkan lebih lama.
1.
Kriteria
Diagnostik
a.
Gangguan dominan yang terjadi secara tiba-tiba, pegi jauh dari rumah atau tempat kerja, dengan ketidakmampuan untuk mengingat masa lalu
seseorang.
b.
Kebingungan
tentang identitas pribadi atau asumsi identitas baru (parsial atau total).
c.
Gangguan
tidak muncul secara eksklusif selama Dissociative Identity Disorder dan bukan
karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat,
obat) atau kondisi medis secara umum (misalnya, epilepsi lobus temporal) .
d.
Gejala-gejala
klinis yang
signifikan menyebabkan stres atau gangguan di daerah
penting sosial, pekerjaan, atau fungsi lainnya.
2.
Tinjauan
Perspektif
Gangguan disosiatif merupakan fenomena yang sangat
mengagumkan dan menarik. Bagaimana perasaan seseorang akan identitas dirinya
bias menjadi sangat terdistorsi hingga orang tersebut membangun kepribadian
ganda, kehilangan banyak potongan dari ingatan pribadi, atau membentuk sebuah
identitas baru.
a.
Pandangan Psikodinamika
Amnesia
disosiatif dapat menjadi suatu fungsi adaptif dengan cara memutus atau
mendisosiasi alam sadar seseorang dari kesadaran akan pengalaman yang
traumatis. Gangguan disosiatif melibatkan pengguna represi secara besar –
besaran yang menghasilkan terpisahnya impuls yang tidak dapat diterima dan
ingatan yang menyakitkan dari ingatan seseorang. Dalam amnesia dan fugue
disosiatif, ego melindungi dirinya sendiri dari kebanjiran kecemasan dengan
mengeluarkan ingatan yang menggangu atau dengan mendisosiasi impuls menakutkan
yang bersifat biseksual atau agresif.
b.
Pandangan Kognitif Dan Belajar
Teoritikus
belajar dan kognitif memandang disosiasi sebagai suatu respons yang dipelajari,
meliputi proses tidak berpikir tentang tindakan atau pikiran yang menggangu
dalam rangka menghindari rasa bersalah dan malu yang di timbulkan pleh
pengalaman. Kebiasaan tidak berpikir tentang masalah– masalah tersebut secara
negative dikuatkan dengan adanya perasaan terbebas dari kecemasan atau dengan
memindahkan perasaan bersalah atau malu.
c. Defisit
Memori dan Intelektual
Sangat sedikit penelitian sistematis yang dilakukan
pada individu dengan amnesia disosiatif dan fugue. Apa yang diketahui sebagian
besar berasal dari studi yang intensif dari memori dan fungsi intelektual dari
kasus yang dengan gangguan ini, sehingga setiap kesimpulan harus dianggap
tentatif, sambil menunggu studi lebih lanjut dari sampel yang
lebih besar dengan kelompok kontrol yang tepat. Apa yang dapat dikumpulkan dari
beberapa studi kasus semacam itu adalah bahwa pengetahuan semantik orang-orang dengan gangguan (dinilai melalui subtes
perbendaharaan sebuah tes IQ) secara umum tampak utuh. Defisit utama orang-orang ini menunjukkan terganggunya daya ingat
episodik dan autobiografi (Kihlstrom, 2005; Kihlstrom
& Schacter, 2000). Memang, sejumlah penelitian menggunakan teknik
pencitraan otak telah mengkonfirmasi bahwa ketika orang dengan amnesia
disosiatif disajikan dengan tugas-tugas memori autobiografi, menunjukkan
penurunan aktivasi di daerah otak kanan mereka frontal dan temporal (Kihlstrom,
2005; Markowitsch, 1999).
3.
Treatment
Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap
gangguan disosiatif ini. Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau
terapi psikososial, meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh
pasien jiwa. Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang
dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik
seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan gejala
disosiatif.
Penanganan
gangguan disosiatif yang lain meliputi :
·
Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa
referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini menggunakan proses kreatif untuk
membantu pasien yang sulit mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni
kreatif dapat membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif meliputi
kesenian, tari, drama dan puisi.
·
Terapi kognitif. Terapi kognitif ini
bisa membantu untuk mengidentifikasikan kelakuan yang negative dan tidak sehat
dan menggantikannya dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari
ide dalam pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku
pemeriksa.
·
Terapi obat. Terapi ini sangat baik
untuk dijadikan penangan awal, walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam
menangani gangguan disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa
anti-depresan dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental pada
gangguan disosiatif ini.
Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan
hypnosis yang biasanya berupa hypnoterapi atau hipnotis sugesti sebagai bagian
dari penanganan pada gangguan disosiatif.
Hypnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam
dan tenang dalam pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih
intensif dan spesifik. Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien
terhipnotis. Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja ahli
hipnotis akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.
Selain itu, kita juga bisa melakukan pencegahan. Anak-
anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami gangguan, sangat
beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam hal ini adalah gangguan
disosiatif. Jika terjadi hal yang demikian, maka bersegeralah mengobati secara
sugesti, agar penangan tidak berupa obat anti depresan ataupun obat anti
stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan sugesti yang baik terhadap usia
belia, maka nantinya akan didapatkan hasil yang maksimal, dengan penangan yang
minimal.
4.
Contoh
Kasus
Laki-laki itu
memberi tahu polisi bahwa namany Burt Tate . Lelaki berkulit putih berusia 42
tahun ini terlibat perkelahian di restoran tempat kerjanya. Saat polisi tiba,
mereka menemukannya tidak membawa kartu identitas. Ia mengatakan pada mereka
bahwa ia telah datang ke kota tersebut beberapa minggu yang lalu, namun tidak
dapat mengingat dimana ia tinggal atau bekerja sebelum datang ke kota itu.
Mesti tidak ada tuduhan yang diberikan kepadanya, polisi memintanya datang ke
ruang gawat darurat untuk dievaluasi. “Burt” tahu kota apa itu dan tahu tanggal
berapa sekarang dan menyadari bahwa terasa aneh kalau ia tidak mengingat masa lalunya,
tetapi terlihat tidak peduli dengan hal itu. Tidak ada bukti adanya luka fisik
atau trauma otak atau penyalahgunaan obat maupun alkohol.
Polisi
membuat beberapa pertanyaan dan menemukan bahwa Burt sesuai dengan profil
seseorang yang hilang, Gene Saunders, yang telah menghilang sebulan sebelumnya
dari sebuah kota yang berjarak 2000 mil. Mrs Saunders ditelepon dan meyakinkan
bahwa Burt benar suaminya. Ia melaporkan bahwa suaminya yang telah bekerja di
tingkat manajemen madya di sebuah perusahaan manufaktur, tengah mengalami
kesulitan di tempat kerja sebelum menghilang. Ia tidak dipromosikan dan
penyelianya sangat kritis terhadap pekerjaannya. Tekanan kerja tampak mempengaruhi
perilakunya di rumah.
Sebelumnya ia
mudah bergaul dan bersosialisasi, lalu ia menarik diri dan mulai mengkritik
istri dan anak-anaknya. Kemudian sesaat sebelum menghilang, ia berdebat keras
dengan anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun. Anaknya memanggilnya pecundang
dan keluar dari rumah. Dua hari kemudian, laki-laki itu menghilang. Saat
dihadapkan dengan istrinya lagi, ia mengaku tidak mengenalinya namun jelas ia
tampak gugup.
Daftar Pustaka
·
Nevid, S. Jeffrey, Rathus, A. Spencer.
(2000). Abnormal Psychology (In a
Changing World) Fourth Edition. New Jersey : Companion Website TM (Prentice
Hall)
·
Butcher, N. James, Mineka., Susan.
(2008). Abnormal Psychology Core Concept. USA :
Pearson
DSM – IV
Risky Astari Deliana
10050009151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar